Hampir seluruh merek-merek kecantikan mengfungsikan beraneka teknologi, mulai berasal dari artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sampai augmented reality (AR) untuk melindungi pelanggan mereka selalu berpartisipasi dalam pasar yang terlalu kompetitif dari berita terbaru di https://ceriabet.com/. Akan tetapi, apakah inovasi semacam itu terlalu berhasil atau hanya sebuah langkah pemasaran yang berlebihan?
Sebagaimana dikutip berasal dari laman BBC, ketika pada tahun lantas L’Oreal mengatakan tidak kembali menghendaki jadi perusahaan kecantikan nomer satu di dunia, tapi “perusahaan teknologi kecantikan nomer satu” sudah mengetahui banyak hal dalam industri ini sudah berubah. Karena hampir semua unsur bisa lebih mudah dengan perkembangan teknologi, itulah kenapa hampir seluruh negara termasuk Indonesia bersaing dengan perkembangan elektronik nya.
Teknologi Yang Mempengaruhi Kecantikan
Menurut Mr Balooch, “50% wanita mengeluh bahwa mereka tidak bisa mendapatkan warna basic yang tepat untuk muka mereka, dan wanita bersama dengan warna kulit yang lebih gelap bersedih dikarenakan lebih banyak pilihannya.” Tetapi menempatkan ribuan warna di rak-rak toko akan terlihat tidak praktis. Sebagai gantinya, anak perusahaan L’Oreal Lancome sudah terlihat bersama dengan mesin foundation yang dibikin khusus bernama Le Teint Particulier, yang berjanji untuk mendapatkan Slot Gacor “kecocokan yang pas” untuk kulit Anda mengfungsikan AI.
Tersedia di Selfridges and Harrods di Inggris, konsultan Lancome pertama-tama pilih warna kulit muka Anda mengfungsikan colorimeter genggam – sejenis penyaring gambar digital. Hasilnya lantas dijalankan lewat pc yang mengfungsikan algoritma yang dimiliki untuk pilih berasal dari 20.000 warna berbeda. Akhirnya, hasil berasal dari pc dikirim ke mesin yang mencampurkan foundation untuk Anda.
“Hal ini agak seperti bagaimana toko perangkat keras mencampurkan sepanci cat, tapi kulitnya jauh lebih kompleks,” kata Balooch.
Menurut perusahaan riset Mintel, permintaan akan kosmetik yang dipersonalisasi tumbuh bersama dengan cepat. Hampir 1/2 berasal dari customer menyukai ide bahwa produk kecantikan yang dipersonalisasi selanjutnya khusus untuk mereka, dan sepertiga berasal dari mereka berpikir produk selanjutnya memberi tambahan hasil yang lebih baik. Perlu kita ingat bahwa hasil dari kamera dengan aslinya akan berbeda, jika kalian bekerja lebih pada dunia maya seperti bigo, vlogger atau bahkan dealer pada daftar sbobet mungkin membutuhkan warna yang lebih kontras untuk wajah anda.
Aplikasi ‘Percobaan’ Virtual
Karena lakukan lebih banyak untuk belanja online, merk kecantikan makin lama mengfungsikan augmented reality (AR) dalam usaha menaikkan pengalaman. Peningkatan dalam pengenalan gambar dan teknologi pelacakan muka membuat lapisan digital ini lebih akurat. Menggunakan Sephora Virtual Artist, yang amat mungkin pelanggan untuk mencoba ribuan warna lipstik dan eye shadow lewat ponsel pintar mereka atau di kios-kios dalam toko.
Aplikasi ini bekerja bersama dengan mengukur di mana bibir dan mata Anda secara real time, lantas melacak titik-titik fitur muka supaya mengetahui di mana perlu letakkan kosmetik. Ini termasuk bisa memandu Anda lewat tutorial make-up secara digital, bersama dengan gradasi warna yang cocok untuk kulit Anda. Sephora mengatakan lebih berasal dari 200 juta warna sudah dicoba lewat virtual artist sejak diluncurkan pada tahun 2016, dan sejumlah merk lain, berasal dari mulai Garnier sampai DM Jerman, sudah meluncurkan aplikasi try on.
Tetapi lebih dari satu reviewer memperingatkan aplikasi selanjutnya bukanlah pengganti untuk mencoba produk nyata sebelum Anda menggunakannya. Maghan McDowell, editor inovasi di Vogue Business, setuju bahwa itu tidak “100% akurat” tapi ia mengatakan pelanggan tetap menganggapnya berguna. “Hal itu bisa dipahami di zaman Snapchat, ketika orang jadi biasa lihat filter AR pada muka mereka”. “Orang-orang umumnya menggunakannya untuk bereksperimen bersama dengan penampilan dan type baru, tapi mereka termasuk belanja produk lewat aplikasi.”